Upaya Pengendalian Banjir, Empat Drainase Dikerjakan Melalui Skema MYC

Kutai Timur, Sketsa.id– Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (SPUPR) menjalankan pembangunan peningkatan sistem drainase. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap segala potensi banjir yang kerap melanda Kawasan Kabupaten Kutai Timur.

Mengingat drainse memiliki empat sistem. Di antaranya drainase primer, sekunder, tersier dan kuarter. Hal itu kini dilaksanakan di Jalan Poros Kabo, Kecamatan Sangatta Utara, dengan alokasi anggaran Rp 28 miliar. Ada pula peningkatan drainase di Jalan Dayung-Sidodadi-Ilham Maulana-Singa Gembira Rp 40 miliar serta saluran drainase di Jalan APT Pranoto-Wolter Mongonsidi Rp 25 miliar.

“Termasuk pembangunan drainase Jalan HM Ardan Sangatta Selatan Rp 35 miliar. Keempatnya kegiatan MYC (proyek multi years contract). Program peningkatan drainase merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menunjang sasaran pembangunan nasional yang terkait dengan usaha-usaha pemerataan pembangunan melalui pengembangan prasarana drainase,” terang Sekretaris DPUPR Kutim Joni Abdi Setia.

Menurutnya, sekarang banyak permasalahan lingkungan yang terjadi. Salah satu di antarnaya adalah banjir. Sedangkan bangunan air merupakan salah satu bagian dari saluran drainase. Sebagai dukungan terhadap kebutuhan manusia yang sangat penting.
“Pemanfaatan bangunan air bagi kehidupan manusia, sebagai bangunan air bersih, saluran irigasi pertanian dan pengendalian banjir,” jelasnya.

Pembangunan drainase juga merupakan salah satu sarana bangunan keairan yang berfungsi sebagai jalur lintasan air, agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat.

“Sebagai upaya mengembalikan fungsinya, kami melaksanakan pekerjaan peningkatan drainase melalui alokasi APBD Murni 2023,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman meminta, agar program pembangunan dan peningkatan sistem drainase dilaksanakan dengan teliti serta sesuai standar. Sehingga tak menimbulkan masalah di kemudian hari.

“Air ini harus benar benar dicek apakah mengalir atau tidak. Jangan sampai air yang harusnya mengalir malah stagnan di satu tempat,” singkatnya. (adv/pa/Kutai Timur)