Posyandu Mawar 1, Langkah Awal Menuju Layanan Kesehatan Mandiri di Kelurahan Melayu

Lurah Melayu, Aditiya Rakhman

Kutai Kartanegara. Sketsa.id – Kelurahan Melayu di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), berupaya meningkatkan fasilitas layanan kesehatan masyarakatnya dengan membangun Posyandu Mawar 1. Upaya ini diharapkan dapat menjadi model bagi posyandu lainnya yang masih menghadapi keterbatasan lahan dan sarana.

Saat ini, mayoritas posyandu di Kelurahan Melayu masih beroperasi di rumah warga, sehingga membatasi pengembangan layanan kesehatan, terutama bagi ibu dan anak. Lurah Melayu, Aditiya Rakhman, menyadari tantangan ini, terutama mengingat terbatasnya lahan di wilayah yang padat penduduk.

“Posyandu Mawar 1 akan dibangun tahun ini. Kami menyadari tantangan lahan di Kelurahan Melayu cukup besar karena wilayahnya kecil dan padat, sedangkan lahan pemerintah juga sangat terbatas,” ujar Aditiya.

Sebagai solusi, sebidang tanah di samping RSUD AM Parikesit yang sebelumnya merupakan aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kukar akan dimanfaatkan. Setelah mendapatkan izin dari Sekretaris Daerah dan Bupati Kukar, rencana pembangunan pun dimulai.

“Sebelumnya, sebagian lahan sudah dihibahkan ke Lapas, namun masih ada bagian yang bisa dimanfaatkan untuk Posyandu Mawar 1. Setelah mendapat persetujuan dari Sekda dan Bupati, akhirnya kami bisa melanjutkan pembangunan,” jelasnya.

Menurut Aditiya, keberadaan posyandu dengan bangunan sendiri sangat penting agar layanan kesehatan lebih optimal dan mandiri. Saat masih menumpang di rumah warga, pengelola posyandu menghadapi berbagai keterbatasan.

“Posyandu harus memiliki tanah dan bangunan sendiri, termasuk legalitasnya, agar dapat berkembang dengan lebih baik dan mandiri,” tambahnya.

Sebagai perbandingan, Posyandu Mawar 9 telah memiliki gedung permanen sejak 2023 berkat hibah tanah dari warga. Namun, pembangunan Posyandu Mawar 1 masih menunggu kesiapan anggaran dan baru dijadwalkan pada 2025.

“Saat ini masih terkendala efisiensi anggaran dari pemerintah pusat, terutama karena adanya program makan bergizi gratis. Jadi, kami masih menunggu kepastian alokasi dana,” ungkap Aditiya.

Kelurahan Melayu memiliki 12 posyandu, dan harapannya ke depan semua dapat memiliki bangunan sendiri agar layanan kesehatan lebih maksimal.

“Jika posyandu memiliki bangunan sendiri, pengelolaannya akan lebih efektif. Bantuan dan fasilitas yang diberikan pun benar-benar untuk kepentingan posyandu, bukan rumah warga,” tutupnya. (adv/ Kutai Kartanegara/cc)