Samarinda, Sketsa.id – Dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kota Samarinda menggelar dua agenda penting yaitu Sarasehan Kebangsaan dan Haul Bung Karno.
Kegiatan sarasehan sendiri berlangsung pada Sabtu (21/6/2025) siang di aula DPC PDI Perjuangan Samarinda. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari DPD PDI Perjuangan Kalimantan Timur dan melibatkan ratusan kader, simpatisan, serta elemen masyarakat.
Sarasehan yang digelar pada siang hari mengangkat tema “Meneguhkan Jati Diri Samarinda Patriotik: Menggali Semangat Berdikari Bung Karno dalam Pembangunan Kota yang Berkelanjutan. Acara ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, termasuk tokoh politik lokal, aktivis pemuda, dan akademisi.
Iswandi, Ketua Badiklat dan Wakil Ketua Bidang Ideologi & Kaderisasi DPD PDI Perjuangan Kaltim, dalam pemaparannya menyoroti peran strategis Kota Samarinda sebagai salah satu kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia menyebut Samarinda sebagai kota pelabuhan dan pusat logistik regional yang memiliki karakteristik multietnis, majemuk, dan terbuka.
“Samarinda ini adalah etalase Kalimantan Timur. Ia berada di jantung aktivitas ekonomi yang akan menopang IKN. Maka, Samarinda perlu dibangun dengan semangat berdikari—berdiri di kaki sendiri, secara politik, ekonomi, dan kebudayaan, sebagaimana diajarkan Bung Karno,” tegas Iswandi.
Lebih lanjut, ia mengidentifikasi beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dihadapi Kota Samarinda:
1. Ketergantungan Ekonomi – Samarinda masih sangat bergantung pada sektor-sektor ekstraktif seperti tambang dan belum beralih ke ekonomi kreatif atau industri hilir.
2. Urbanisasi dan Tata Ruang yang Tidak Terencana – Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan penataan ruang menyebabkan banyak persoalan sosial dan lingkungan.
3. Identitas Kultural yang Terpinggirkan – Nilai-nilai budaya lokal kian tersisih di tengah arus modernisasi dan globalisasi.
4. Transportasi Publik yang Belum Memadai – Kota belum memiliki sistem transportasi publik yang efisien, murah, dan ramah lingkungan.
5. Ketergantungan terhadap APBD dan Pemerintah Pusat – Kemandirian fiskal daerah masih rendah, sehingga daya inisiatif pembangunan terbatas.
Dalam forum sarasehan tersebut, Iswandi juga mendorong kader partai dan generasi muda untuk memikirkan solusi berbasis ideologi kerakyatan dan Trisakti Bung Karno: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Kegiatan sarasehan ini juga menjadi ruang dialog antara warga dan wakil rakyat Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Kota Samarinda, khususnya dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang berpihak pada rakyat.
Dalam rangkaian kegiatan sarasehan ini, acara mendatang yakni Haul Bung Karno juga disebut sebagai penghormatan terhadap sang proklamator, tetapi juga momentum spiritual untuk memperkuat semangat persatuan dan nasionalisme di tengah masyarakat.

“Haul ini menjadi pengingat bahwa Bung Karno bukan hanya tokoh politik, tapi juga simbol perjuangan kemanusiaan, keadilan sosial, dan keberagaman,” ujar Sugiyono selaku Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Samarinda.
Melalui kegiatan ini, PDI Perjuangan Kaltim berharap nilai-nilai ideologis partai—nasionalisme, kerakyatan, dan gotong royong—semakin membumi dan menjadi semangat bersama dalam membangun Kalimantan Timur, khususnya Kota Samarinda, menuju masa depan yang lebih mandiri dan berdaulat. (*)