New York Gempar: Empat Negara Besar Serukan Kecaman atas Rencana Israel Caplok Gaza

New York, Sketsa.id – Suasana ruang sidang Dewan Keamanan PBB mendadak tegang ketika satu per satu perwakilan negara besar angkat bicara. Rusia, China, Inggris, dan Prancis – empat dari lima anggota tetap – serentak melayangkan kecaman keras terhadap keputusan Israel mencaplok Gaza dalam pertemuan darurat Minggu (10/8/2025) waktu setempat. Hanya Amerika Serikat yang berdiri sendiri menjadi pendukung setia Israel di tengah gelombang protes internasional.

Dmitry Polyansky, Wakil Dubes Rusia, tak bisa menyembunyikan amarahnya.
“Ini pelanggaran hukum internasional yang keterlaluan!” hardiknya dengan suara menggema.

Tak tanggung-tanggung, diplomat Rusia itu secara terbuka menuding Menlu Israel Gideon Sa’ar telah berlaku munafik karena disebut mengetahui rencana pencaplokan ini sejak dua hari sebelumnya, namun memilih bungkam saat sidang berlangsung.

China tak kalah keras. Dubes Fu Cong dengan tegas menyatakan Gaza adalah hak mutlak rakyat Palestina.

“Setiap upaya mengubah peta demografi harus kita lawan dengan segala cara!” tegasnya. Sementara Inggris lewat James Kariuk memperingatkan langkah Israel justru akan “menuai badai kekerasan baru” dan memperpanjang penderitaan warga sipil.

Prancis melalui Jay Dharmadhikari melayangkan penolakan paling tegas.
“Kami tidak akan pernah mengakui pendudukan ilegal atas Gaza. Ini bukan solusi, tapi bencana kemanusiaan,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Di tengah lautan kecaman, Dorothy Shea dari AS tampak seperti pulau yang terisolasi. Dengan argumen usang tentang hak membela diri, diplomat AS itu justru balik menyudutkan Hamas sebagai biang kerok konflik.
“Mereka yang menolak gencatan senjata,” ujarnya sambil menghindari kontak mata dengan rekan-rekannya.

Keputusan Israel ini bukan hanya soal politik. Ribuan nyawa warga Gaza kini berada di ujung tanduk. Akses bantuan kemanusiaan terancam tertutup, sementara gelombang pengungsi diperkirakan akan membanjiri perbatasan Mesir. Dunia menahan napas menunggu langkah berikutnya dari Netanyahu – apakah akan melanjutkan rencana kontroversialnya atau mundur di bawah tekanan global.(*)