Samarinda, Sketsa.id – Di tengah gegap gempita pembangunan IKN, siapa yang masih ingat dengan para penghuni asli Sungai Mahakam? Mamalia langka yang dulu menjadi kebanggaan Kaltim ini kini hidup bagai “tamu tak diundang” di tanah airnya sendiri.
Dari Raja Sungai Jadi Pengemis Habitat
Data terakhir menyebut hanya 62 ekor pesut Mahakam yang bertahan, ini membuktikan bahwa jumlah yang lebih sedikit daripada truk pengangkut batu bara yang melintas di sungai setiap jam nya. Mirisnya, ini tidak terjadi secara alamiah, melainkan akibat:
1. Berkahnya Tambang, Kutukannya Pesut
Sungai Mahakam telah berubah menjadi tempat sampah raksasa limbah tambang. Setiap hari, jutaan liter air terkontaminasi merkuri dan arsenik dialirkan dengan bebas, sementara pemerintah sibuk menghitung keuntungan royalti.
2. Mati di Jaring Nelayan yang Tak Pernah Diusut
Korban jerat jaring nelayan terus bertambah. Ironisnya, kasus ini selalu berakhir di meja polisi sebagai “kecelakaan”, bukan kejahatan ekosistem yang seharusnya diusut tuntas.
3. Penonton yang Bungkam
Sebagian Masyarakat lebih memilih viral melihat video pendek pesut di TikTok daripada turun ke sungai membersihkan sampah plastik mereka sendiri. Acara “Save Mahakam” pun kerap berakhir sekadar foto-foto seremonial dengan background spanduk megah.
Ketika Harapan Semakin Tenggelam
– RS Pesut di Pela hanya mampu merawat 5 ekor per tahun, sementara yang mati dua kali lipat jumlahnya
– 8 dari 10 warga Kaltim tak tahu bahwa membuang sampah ke sungai = membunuh pesut pelan-pelan
– Larangan tambang di habitat kritis hanya berlaku di atas kertas, sementara izin baru terus dikeluarkan
Ini Bukan Cerita Tentang Lumba-Lumba
Deforestasi, polusi, dan keserakahan telah mengubah pesut dari simbol keharmonisan alam menjadi:
☞ Spesies paling rentan di dunia versi IUCN
☞ Barometer kerusakan ekologi Kaltim yang terus menunjukkan angka merah
☞ Cermin kegagalan kolektif kita melindungi warisan daerah
Tidak perlu menunggu kebijakan sempurna. Mulailah dari hal kecil: jangan buang sampah ke sungai, laporkan aktivitas merusak, dan ajak tetangga Anda peduli. Karena jika bukan kita yang menyelamatkan pesut Mahakam sekarang, lantas siapa lagi?. (*)