Prof. Zamroni Usung “Kurikulum Cinta” sebagai Senjata Lawan Intoleransi di Dunia Pendidikan

Kamis, 11 September 2025 - 02:43 WITA
Bagikan:
Foto: Konferensi Antarbangsa Islam Borneo (KAIB) ke-XVI di Pontianak.

Pontianak, Sketsa.id – Di tengah maraknya kasus intoleransi dan perundungan di lingkungan pendidikan, seorang akademisi Kalimantan Timur menawarkan solusi radikal: Kurikulum Cinta. Prof. Dr. Zamroni, M.Pd, Wakil Rektor II UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, menggagas konsep pendidikan yang menempatkan cinta dan empati sebagai inti pembelajaran.

“Kita sudah terlalu lama fokus pada kecerdasan kognitif, menciptakan generasi yang pintar tapi dingin. Sekarang saatnya pendidikan kembali ke fitrahnya: membangun manusia yang berkarakter dan penuh kasih,” tegas Zamroni dalam Konferensi Antarbangsa Islam Borneo (KAIB) ke-XVI di Pontianak.

Gagasan Kurikulum Cinta ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap kondisi pendidikan Indonesia. Zamroni mencatat, semakin banyak kasus intoleransi, perundungan, dan kekerasan yang justru terjadi di lingkungan sekolah.

“Pendidikan harus menjadi jalan perlawanan terhadap intoleransi, bukan justru memperkuatnya,” ujarnya.

Konsep ini bukan sekadar wacana. Zamroni memaparkan strategi konkret penerapannya:
– Integrasi nilai cinta dalam mata pelajaran PPKn, Pendidikan Agama, dan muatan lokal
– Guru sebagai teladan empati dan penghormatan terhadap perbedaan
– Program pertukaran pelajar lintas budaya
– Kolaborasi lintas sektor untuk mengarusutamakan toleransi

Khusus untuk Borneo, Zamroni menekankan bahwa keragaman yang menjadi kekayaan wilayah ini justru rentan gesekan jika tidak dikelola dengan bijak.

“Anak-anak Borneo harus tumbuh sebagai penjaga harmoni, bukan justru menjadi korban atau pelaku intoleransi,” tegasnya.

Gagasan ini mendapat sambutan hangat dari peserta konferensi. Banyak pendidik yang mengakui perlubahan pendekatan pendidikan di tengah semakin kompleksnya tantangan zaman.

“Kurikulum Cinta bukan tentang sentimentil, tapi tentang membangun dasar moral yang kuat bagi generasi penerus. Ini yang kita butuhkan untuk Indonesia yang lebih toleran dan damai,” pungkas Zamroni. (*)

Bagikan:
Berita Terkait
Berita Terbaru
Berita Populer

Xi Jinping Pecat 9 Jenderal Pribadinya: Tanda Kelemahan atau Kekuatan Mutlak di Balik Tembok Besar China?