Gaza, Sketsa.id – Ratusan ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza, mencari tempat aman di tengah serangan Israel yang kian ganas. Pasukan Israel kini merangsek ke reruntuhan Kota Rafah, memicu salah satu gelombang pengungsian terbesar sepanjang konflik yang disebut sebagai genosida ini.
Dalam beberapa hari terakhir, nyaris 100 nyawa melayang akibat serangan tersebut.
1. Serangan Israel Tewaskan 97 Orang, Warga Berpindah Massal
Pasukan Israel menggempur Rafah, kota di ujung selatan Gaza yang selama ini jadi tempat berlindung terakhir bagi warga. Menurut laporan Reuters, Sabtu (5/4/2025), Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 97 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat serangan itu. Di antaranya, 20 orang kehilangan nyawa dalam serangan udara saat fajar di Shejaia, kawasan pinggiran Kota Gaza bagian utara.
Hari Kamis lalu, serangan udara Israel juga menghantam sebuah sekolah yang dijadikan tempat penampungan di lingkungan Tuffah, Kota Gaza. Sedikitnya 27 warga, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dalam kejadian itu. Petugas medis melaporkan tiga rudal menghancurkan gedung sekolah Dar Al-Arqam tersebut.
2. Rafah “Hilang” dari Peta
“Rafah sudah lenyap, disapu bersih,” ujar seorang ayah tujuh anak yang kini mengungsi ke Khan Younis, kota tetangga Rafah. Berbicara lewat aplikasi pesan kepada Reuters, ia memilih tak menyebut nama karena takut jadi sasaran.
“Mereka menghancurkan rumah dan bangunan yang masih tersisa,” katanya pilu.
Di Shejaia, utara Gaza, ratusan warga terlihat berjalan kaki meninggalkan rumah pada hari Kamis setelah Israel memerintahkan evakuasi. Ada yang membawa barang seadanya, menumpang kereta keledai, sepeda, atau mobil van.
“Saya ingin mati saja. Biar mereka bunuh kami, setidaknya kami bebas dari hidup begini. Ini bukan hidup, kami sudah mati,” keluh Umm Aaed Bardaa, salah satu warga.
Sementara di Khan Younis, serangan Israel juga merenggut nyawa. Adel Abu Fakher, warga setempat, hanya bisa memandangi tendanya yang rusak.
“Tak ada apa pun lagi buat kami. Kami dibunuh saat tidur,” ucapnya dengan nada putus asa.
3. Kekhawatiran Depopulasi Permanen
Warga Gaza yang sempat pulang ke reruntuhan rumah mereka selama gencatan senjata kini kembali diperintahkan pergi. Perintah itu menyasar wilayah utara dan selatan Gaza.
Banyak yang cemas Israel berniat mengosongkan kawasan itu selamanya. Ratusan ribu orang terancam kehilangan tempat tinggal untuk waktu yang tak pasti, sementara lahan pertanian dan infrastruktur air penting di Gaza disita.
Sejak gencatan senjata tahap pertama berakhir awal Maret lalu tanpa perpanjangan, Israel memberlakukan blokade total. Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza tak lagi mendapat pasokan barang apa pun. Organisasi internasional menyebut situasi ini sebagai bencana kemanusiaan yang mengerikan. (*)