Nasional, Sketsa.id – Suara generasi muda Indonesia ternyata tak sepenuhnya sejalan dengan narasi pemerintahan yang sedang berjalan. Hasil survei terbaru Muda Bicara ID pada Kuartal 2 tahunfFoto: salah satu slide dari laporan survei nasional muda bicara. 2025 mengungkapkan, hanya 39,6% anak muda yang puas dengan kinerja Presiden Prabowo, sementara Wakil Presiden Gibran Rakabuming justru diterpa badai ketidakpuasan dengan 51,5% responden menyatakan sangat tidak puas.
Survei yang melibatkan 400 responden berusia 17-40 tahun ini menyoroti kekecewaan mendalam pada kebijakan yang dianggap tidak relevan dengan kebutuhan muda (26,3%) dan lebih banyak merugikan (20,5%). “Kebijakan pemerintah seperti berbicara dalam bahasa yang berbeda dengan realita kami,” ujar seorang responden dari Jawa Barat yang enggan disebutkan namanya.
Di tingkat menteri, Abdul Muti (Mendikdasmen) menjadi bintang dengan 68,29% approval rate, sementara Menteri Kebudayaan Fadli Zon dicap paling buruk (78,43%). Yang menarik, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi muncul dalam dua kategori sekaligus: terbaik ketiga (18,67%) dan terburuk keempat (11,40%).
Isu prioritas muda sangat jelas: lapangan kerja (21,88%), korupsi (20,94%), dan kerusakan lingkungan (20%). Revisi UU Ketenagakerjaan menjadi RUU paling dinantikan (22,30%), disusul UU Pemilu (17,99%) dan UU ITE (16,71%).
Kebijakan unggulan pemerintah menuai skeptisisme. Program Makan Bergizi Gratis meski didukung mayoritas, dikritik karena masalah kualitas (34,15%) dan distribusi (31,22%). Revisi UU TNI ditolak 60% responden karena dianggap ancam demokrasi, sementara 77,9% khawatir revisi KUHAP akan merugikan masyarakat.
Lapangan kerja jadi titik nadir kekecewaan. Sebanyak 46,5% menilai kesempatan kerja “sangat tidak memadai”, dan 87,4% tidak yakin janji 19 juta lapangan kerja baru bisa terealisasi.
Ruang ekspresi juga mencemaskan: 38,7% responden mengaku pernah diintimidasi karena menyampaikan pendapat, dan 73,1% menilai pemerintah tidak bisa menerima kritik dengan baik. “Berkomentar di media sosial sekarang seperti berjalan di ladang ranjau,” tambah responden lain.
Kinerja Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud
Tak hanya di tingkat pusat, kekecewaan juga mengemuka terhadap sejumlah kepala daerah, termasuk di Kalimantan Timur yang dinilai lamban menjawab aspirasi anak muda.
Gubernur Rudy Mas’ud masuk dalam lima besar kepemimpinan daerah dengan kinerja terburuk versi responden muda (9,65%). Kritik utama menyoroti program pembangunan yang dianggap tidak pro kaum muda, seperti lambatnya realisasi Hub Digital Kreatif yang dijanjikan sebagai wadah startup lokal, serta minimnya program pelatihan kompetensi digital yang terintegrasi dengan industri.
Responden asal Samarinda menyebutkan, Program Kartu Muda Kaltim yang digadang-gadang sebagai solusi akses pendidikan dan pelatihan justru terhambat birokrasi rumit.
“Pengajuan kartunya berbelit-belit, padahal janjinya memudahkan akses pelatihan vokasi,” ujar salah satu warga.
Masalah lingkungan juga menjadi sorotan. Program Green Kaltim dinilai sekadar wacana, dengan realisasi penanaman mangrove dan rehabilitasi lahan kritis yang jauh dari target. Janji penanganan kabut asap dari kebakaran hutan juga tak kunjung membuahkan hasil signifikan.
Survei ini menjadi gambaran jelas bahwa generasi muda ingin didengar, bukan sekadar dijadikan target kampanye. Mereka menginginkan kebijakan inklusif, lapangan kerja nyata, dan ruang aman untuk berpendapat – sesuatu yang masih menjadi pekerjaan rumah besar pemerintahan saat ini. (*)