Pedagang Pasar Subuh Samarinda Tolak Relokasi: Kami Pertahankan Ikon Sosial Kota

Samarinda, Sketsa.id – Paguyuban Pedagang Pasar Subuh Samarinda dengan tegas menolak rencana relokasi pasar yang telah menjadi bagian penting kehidupan sosial dan ekonomi kota selama puluhan tahun. Para pedagang berkomitmen mempertahankan Pasar Subuh sebagai ikon komunitas sosial Samarinda dan menentang segala bentuk pemaksaan yang tidak jelas dasarnya.

Pedagang menegaskan bahwa hak untuk hidup layak adalah hak asasi manusia, seperti diatur dalam Pasal 25 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Dengan berjualan di Pasar Subuh, mereka berjuang mandiri untuk menafkahi keluarga.
Pasar Subuh berdiri di lahan pribadi, bukan fasilitas umum. Ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, yang menyebut usaha kecil sebagai usaha mandiri yang perlu dilindungi. TAP MPR Nomor XVI/1998 juga menegaskan usaha kecil sebagai pilar ekonomi rakyat yang harus didukung.

Pasar Subuh bukan sekadar tempat jual-beli, tapi juga simbol sejarah Samarinda. Selama puluhan tahun, pasar ini jadi rujukan warga untuk kebutuhan konsumsi nonhalal, terpisah dari pasar umum. Pedagang menilai pasar ini layak ditata ulang agar lebih modern dan bersih, bukan direlokasi.

Rencana relokasi dikaitkan dengan proyek Chinatown, tapi pedagang menegaskan proyek itu tidak terkait langsung dengan lokasi Pasar Subuh.

Mereka mempertanyakan alasan relokasi yang tidak jelas. Rencana pengerahan TNI, Polri, dan Satpol PP pada 4 Mei mendatang juga dikecam sebagai bentuk intimidasi.

“Kami bukan penutup, tapi pedagang yang berusaha di lahan pribadi sambil menjaga kebersihan kota,” kata Paguyuban.

Paguyuban Pedagang Pasar Subuh menyatakan:
• Menolak keras rencana relokasi.
• Berjuang mempertahankan Pasar Subuh sebagai ikon sosial Samarinda.
• Menentang pemaksaan dan terbuka untuk kerja sama yang saling menguntungkan.
• Menuntut hentikan ancaman pengerahan aparat, karena pedagang bukan pelaku kriminal.
• Mengajak semua pihak bersolidaritas mempertahankan Pasar Subuh.

Pedagang mengajak warga Samarinda dan pihak lain untuk mendukung perjuangan mereka.

“Hidup pedagang kecil! Hidup rakyat!” seru mereka.

Pemerintah diminta membuka dialog untuk solusi yang adil, karena Pasar Subuh adalah warisan sosial yang harus dijaga.(*)