Vatikan, Sketsa.id – Dunia Katolik berduka. Paus Fransiskus, pemimpin spiritual umat Katolik Roma, meninggal dunia pada usia 88 tahun di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan, pada Senin (21/4/2025).
Kepergiannya terjadi hanya sehari setelah ia menyapa ribuan umat di Lapangan Santo Petrus untuk mengucapkan “Selamat Paskah” dalam momen Minggu Paskah, salah satu hari terpenting dalam kalender liturgi Katolik.Dari Vatikan hingga Filipina, umat Katolik memenuhi Senin Paskah dengan doa dan perpisahan untuk Paus yang dikenal dengan kehangatan dan komitmennya pada kaum miskin.
“Tuhan memilih hari yang paling indah bagi Gereja Katolik. Tidak ada hari yang lebih sempurna dari Paskah,” ujar Pastor Sergio Codera, imam Salesian asal Spanyol. Ia menambahkan, Paskah adalah perayaan kemenangan atas kematian, momen ketika “kematian bukanlah akhir”.
“Dan pada hari inilah Tuhan memanggil Paus Fransiskus untuk bertemu dengan-Nya,” lanjutnya.Kardinal Kevin Joseph Farrell, dengan nada penuh haru, mengumumkan kabar duka ini.
“Dengan kesedihan mendalam, saya umumkan bahwa pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” katanya. Kardinal Farrell memuji dedikasi Paus sepanjang hidupnya untuk melayani Tuhan dan Gereja.
“Ia mengajarkan kita menjalani nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan cinta universal, terutama untuk mereka yang miskin dan terpinggirkan,” tambahnya.
Paus Fransiskus, yang lahir sebagai Jorge Mario Bergoglio, menorehkan sejarah sebagai Paus pertama dari Benua Amerika dan Jesuit pertama yang menduduki Takhta Santo Petrus.
Selama masa kepausannya, ia dikenal sebagai reformator yang tak kenal lelah, namun tetap dicintai oleh kalangan tradisionalis. Ia memperjuangkan inklusivitas, keadilan sosial, dan perhatian pada isu lingkungan, seperti dalam ensikliknya Laudato Si’.
Meski begitu, kesehatan Paus terus menurun di tahun-tahun terakhir. Pada Februari 2025, ia dirawat di Rumah Sakit Gemelli, Roma, karena pneumonia di kedua paru-parunya. Kondisi ini diperparah oleh riwayat pengangkatan sebagian paru-parunya saat muda, membuatnya rentan terhadap infeksi pernapasan. Paus akhirnya keluar dari rumah sakit pada 23 Maret, namun tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhir.Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam, namun juga rasa syukur atas warisannya. “Kami mempercayakan jiwanya kepada kasih belas Allah Tritunggal,” ujar Kardinal Farrell, mengakhiri pengumumannya.
Di media sosial, umat Katolik dari berbagai penjuru dunia mengenang Paus dengan tagar #GrazieFrancesco, berbagi cerita tentang kehangatan dan teladannya.Hari ini, Gereja Katolik bersiap memasuki masa transisi.
Pekan depan, para kardinal akan berkumpul dalam konklaf untuk memilih penerus Paus Fransiskus. Sementara itu, umat Katolik di seluruh dunia terus mendoakan sang “Paus Rakyat” yang telah pergi dalam damai pada hari Paskah yang penuh makna. (*)