Dinkes Gelar Workshop Pengembangan Jejaring Layanan TBC Dan Sosialisasi SITB Di Wilayah Kutim

 

Kutai Timur, Sketsa.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) bersama Dinkes Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Workshop Pengembangan Jejaring Layanan Tuberculosis (TBC) Dan Sosialisasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) di Wilayah Kutim, di Ruang MCC Hotel Royal Victoria, Selasa (20/06/2023).

Kegiatan tersebut turut di hadiri Dinkes Kutim, Narasumber Dinkes Provinsi Kaltim, Ketua District Public Private Mix (DPPM) Kutim Hj. Siti Robiah Ardiansyah, Direktur/Pimpinan Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik peserta kegiatan workshop.

Dalam sambutannya, Kepala Dinkes Kutim Bahrani melalui Sub koordinator surveilans dan imunisasi Dinkes Kutim Lely Pembriani, mengatakan kegiatan workshop tersebut, selaras dengan End TBC Strategy yang telah menjadi komitmen global dan Pemerintah Indonesia, serta mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG’s).

“Pemerintah Indonesia menetapkan rencana eliminasi lebih cepat di tahun 2030 dengan target menurunkan insiden TBC sebesar 65/100.000 penduduk dan penurunan angka kematian akibat TBC sebesar 6/100.000 penduduk,” papar Lely Pembriani.

Lely menjelaskan bahwa dengan target tersebut, maka tahun 2020 sampai tahun 2024 merupakan periode yang sangat krusial untuk percepatan menuju eliminasi tersebut.

“Dampak pandemic COVID-19 yang terjadi selama periode krusial ini, meningkatkan beban yang sangat besar bagi program TBC untuk mengembalikan peta jalan eliminasi tetap berada di jalurnya,” jelasnya.

Lely mengungkapkan saat ini di Kutim, ada 338 orang dewasa ternotifikasi kasus TBC dan 87 anak juga ternotifikasi kasus TBC yang telah di diagnosis dan treatment serta bersedia untuk diobati.

Lebih lanjut, untuk TB RO di Kutim artinya TB yang resisten dengan obat ditemukan 6 orang, namun yang mau memulai pengobatan hanya 3 orang saja.

“Adanya peningkat temuan kasus TB pada anak setiap tahunnya dan begitu jga dengan kasus TB-HIV. Treatment success rate target ada diatas 90 persen dan Kutim berada di bawah target selain karena ada kasus meninggal, juga banyak kasus TB yang putus dari pengobatan,” ungkapnya

Dirinya mengaku ada tiga strategi yang diperkuat melalui kegiatan workshop kali ini yakni, peningkatan akses layanan TB bermutu yang berpihak pada pasien, peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya dan penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan.

“kami harap para peserta workshop dapat bekerjasama dan bersinergi dalam melaksanakan upaya implementasi tatalaksana program TBC dalam skrinning/deteksi, pengobatan serta pencatatan dan pelaporan yang sesuai standar, dengan membangun jejaring antar program atau unit di tempat kerja,” harapnya.

Sementara itu Kepala DPPM Kutim Hj Siti Robiah mengatakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya akan menjadi fasilitator dalam membangun jejaring baik dalam rujukan sampel, pengobatan kasus TBC bahkan sampai pada memastikan sistem pencatatan dan pelaporan berjalan/terlaksana dalam sebuah mekanisme yang akurat dan terukur.

“DPPM Kutim bersedia terlibat aktif pada upaya/strategi lainnya dalam penanggulangan TBC, namun tetap berada pada koridor aturan dan kewenangan yang dimilikinya,” ucap istri dari Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman.

Dirinya mengajak seluruh peserta workshop mengikuti semua paparan dengan sungguh-sungguh serta memastikan proses penginputan data penyakit TBC terlaporkan oleh masing-masing faskes ke dalam SITB.

“Semoga kontribusi ini dapat menjadi dukungan kita bagi negara Indonesia, untuk eliminasi tahun 2030 dan bagi masyarakat Kutai Timur dapat terbebas dari permasalahan penyakit TB,” pungkasnya.(Adv/Kominfo Kutim/ ).