Terima Kunjungan Founder Wasteplant.com, Wali Kota Samarinda Tertarik Kerjasama Tekonologi Pengolahan Limbah Makanan Menjadi Kompos

Samarinda.SKETSA.ID– Wali Kota Samarinda menerima kunjungan Wasteplant.com.au terkait pembuatan sistem daur ulang limbah makanan yang berbasis edukasi dan komunitas masyarakat. Upaya tersebut dilakukan pemanfaatan limbah sampah menjadi pupuk kompos.

Dijelaskan Andi Harun juga bahwa, pemanfaatan limbah makanan seperti yang dipersentasikan oleh Wasteplant.com.au jika secara teknis limbah itu akan ditanam dan diproses sehingga menghasilkan pupuk cair yang berguna untuk perkebunan dan pertanian.

Andi Harun mengakui sangat tertarik dengan proyek yang dipaparkan oleh Wasteplant. Pasalnya, projek tersebut memberikan 3 manfaat besar.

“Manfaat dari proyek ini ada tiga. Manfaat edukasi, lingkungan, dan soal ekonomi. Karena melibatkan partisipasi masyarakat,” ucapnya usai menerima rombongan Wasteplant.com.au asal Australia, Selasa (8/3/2022) di Anjungan Karang Mumus Balaikota Samarinda.

Bahkan dirinya menyebut bahwa jika proyek tersebut berjalan, tentu menjadi kampanye kepada masyarakat agar beralih menggunakan pupuk organik dibandingkan pupuk kimia.

Andi Harun juga telah menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk segera menindaklanjuti proyek itu bersama Wasteplant agar bisa dibangun pilot project di Samarinda.

“Nanti juga kami mencoba merumuskan manfaat proyek ini ke masyarakat. Ini bisa dimasukkan dalam program pembentukan usaha di tingkat RT. Nanti kami kampanyekan,” sebutnya.

Sementara itu, Founder Wasteplant, Andrew Hayim de Vries, menjelaskan secara umum terkait proyek tersebut. Ia mengatakan jika limbah sisa makanan menjadi masalah utama di dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Karena terlalu banyak sisa makanan yang terbuang percuma tanpa dimanfaatkan kembali.

Pria berkacamata itu menilai bahwa pulau kalimantan memiliki tipe tanah yang tidak subur. Sehingga kedua masalah inilah yang menjadi poin utama Wasteplant mengembangkan proyek di Samarinda.

“Kita berbicara edukasi kepada generasi muda saat ini dan komunitas masyarakat untuk lebih memahami cara pemanfaatan sisa makanan menjadi kompos cair. Nggak perlu bisa bahasa inggris untuk melakukannya,” ucapnya.

Melalui proyek ini pula, diharapkan mendapatkan nilai lebih, terutama nilai ekonomis oleh masyarakat. Di mana pupuk kompos ini bisa dijual dengan harga yang terjangkau.

Pembuatan sistem ini dalam satu proyek, jika berbicara Australia, memang lebih mahal.

“Di Australia, sekitar 35.000 hingga 40.000 dolar. Tapi di Indonesia, kita akan buat sistem yang lebih murah dengan perlengkapan lebih murah juga dan bisa diterapkan di mana saja,” imbuhnya.

Andrew juga mengapresiasi sekali atas tanggapan Andi Harun terkait proyek yang dia gagas ini. Karena sangat penting sekali untuk menggandeng pemerintahan.

“Respons Wali Kota sangat luar biasa. Karena ini masalah besar yang perlu ada solusinya. Bersama pemerintah untuk membuat proyek ini menjadi bisnis akan memberikan dampak luar biasa. Terutama lingkungan, komunitas, dan generasi muda,” pungkasnya.