Samarinda, Sketsa.id – Ormas Barikade Kaltim, melalui Ketua Oschar Rawindra SH, menyampaikan evaluasi kritis terhadap jalannya debat Pilkada Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur yang berlangsung rabi malam 23/10/24. Menurut Oscar dalam debat tersebut, pasangan calon nomor urut 1, Isran Noor dan Hadi Mulyadi, yang merupakan petahana, terlihat lebih banyak melakukan serangan pribadi kepada pasangan nomor urut 2, Rudy, MasUd, dan Seno Aji.
Ketua Barikade Kaltim, Oschar Rawindra SH, menilai tindakan pasangan nomor urut 1 sangat disayangkan karena menunjukkan sikap pongah dan congkak. Alih-alih memfokuskan pada gagasan dan visi misi untuk masa depan Kalimantan Timur, mereka justru terjebak pada upaya menjatuhkan lawan secara personal. Hal ini sangat bertolak belakang dengan harapan Barikade yang menginginkan diskusi secara konstruktif demi kemajuan Kalimantan Timur.
Selain itu, Barikade menilai bahwa pasangan nomor urut 1 sama sekali tidak mampu merepresentasikan semangat pemuda, yang seharusnya menjadi motor penggerak perubahan dan pembangunan di Kalimantan Timur. Justru yang terlihat adalah pengulangan program-program lama dari 5 tahun sebelumnya, yang sebagian besar belum terealisasi. Dengan demikian, Barikade menilai bahwa selama 5 tahun terakhir, Kalimantan Timur cenderung stagnan dan tidak mengalami kemajuan berarti.
“Kami di Barikade Kaltim menginginkan pemimpin yang mampu membawa pemikiran dan inovasi baru, yang merefleksikan semangat generasi muda. Kalimantan Timur butuh perubahan nyata, bukan hanya janji-janji lama yang belum diwujudkan,” tegas Oschar Rawindra SH
Barikade Kaltim berharap, dalam sisa masa kampanye, para calon dapat lebih mengedepankan substansi visi-misi yang benar-benar menjawab kebutuhan dan tantangan pembangunan di Kalimantan Timur.
Debat perdana Pilgub Kaltim seharusnya menjadi ajang adu gagasan untuk kemajuan daerah, namun sikap Isran Noor yang lebih banyak bercanda, seperti ketika ia diminta melemparkan pertanyaan ke paslon 2 malah Isran Noor menyebutkan pertanyaan “paham lah ikam,” sangat mengecewakan. Pertanyaan seperti itu seharusnya digantikan dengan dialektika yang lebih bermakna tentang kemajuan Kaltim di masa depan. “Bagi anak muda yang punya visi besar untuk Kaltim saya sangat kecewa. Debat ini mestinya menjadi ruang bagi pemimpin untuk menawarkan ide-ide progresif, bukan sekadar panggung humor. Kami berharap ke depan, calon pemimpin bisa lebih serius dalam memaparkan visi yang relevan dan bermanfaat bagi masa depan Kalimantan Timur.” Ucapnya
“Karna sekecil apapun masyarakat itu melihat atitutte, gestur dan gaya bahasa Pemimpin Kaltim ke depan. Kalau ini saja tidak di perhatikan, bagaimana kaltim bisa maju dan berkembang.” Imbuh Oscar
Lebih jauh Oscar juga mengingatkan bahwa debat kandidat ini adalah tahapan resmi untuk menuju 27 November 2024. Sesuai dgn amanat uu no 10 tahun 2016, pasal 166 ayat 1 tentang perubahan kedua atas uu No. 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti uu no 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati dan wali kota se-Kalimantan Timur dengan anggaran fantastis yaitu 300 miliar untuk KPUD Kaltim dan 134 milyar untuk Bawaslu Kaltim yg total 434 Miliar yang semuanya itu merupakan uang Masyarakat Kaltim.
“Uang masyarakat Kaltim untuk memilih pemimpin yg memilik program kerja untuk masyarakat Kaltim lebih sejahtera. Mengurus segala macam permasalahan selama 1.821 hari. Paslon nomor urut 1 ini bagaimana bisa kerja,, menjelaskan program unggulannya saja tidak mampu” Pungkas Oscar Rawindra SH. (*)