Kutai Timur, Sketsa.id – Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Diah Ratnaningrum mengatakan, akan meningkatkan produktivitas ternak dengan memperkuat sistem pemeliharaan dan manajemen peternakan secara umum.
“Termasuk memasok sapi sari luar daerah. Seperti dari Bali dan NTB (Nusa Tenggara Barat),” katanya, saat gelaran panen pedet (anakan sapi) di Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Rantau Pulung.
Sehingga berbagai aspek menjadi titik pengendalian program. Di antaranya peningkatan kulitas pakan, bibit, kesehatan hewan, pengendalian pemotongan betina produktif dan pasca-panen.
“Termasuk pengolahan produk asal hewan dan manajemen usaha,” ungkapnya.
Sejauh ini, pihaknya telah memokuskan kegiatan upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus-Siwab). Ya, program itu menjadi upaya peningkatan populasi ternak dengan tidak mengikuti pola konvensional atau lama.
“Peternak kami arahkan untuk menjadi lebih mandiri. Kami akan memperkuat subsektor pendukung. Seperti penyediaan bibit dan pakan berkualitas hingga pendampingan petugas di lapangan,” paparnya.
Dengan program yang dijalankan tersebut, diharapkan produktivitas sapi lokal bisa meningkat. Selain itu, usaha tersebut juga mendorong pola pemeliharaan sapi perorangan ke arah kelompok, melalui pola perkandangan koloni.
“Sehingga memenuhi skala ekonomi, pengembangan kawasan peternakan dan pendampingan petugas. Termasuk pengembangan pola integrasi ternak tanaman. Misalnya integrasi sapi-sawit, jagung sawit dan pengembangan padang penggembalaan. Ada juga upaya optimalisasi lahan eks-tambang dan kawasan padang penggembalaan,” bebernya.
Sehingga tercipta simbiosis mutualisma, yang saling menguntungkan antara limbah sawit menjadi pakan ternak. Sedangkan kotoran sapi, dimanfaatkan untuk pupuk organik sawit.
“Hasilnya ada peningkatan tandan buah segar (TBS), setelah menggunakan pupuk organik,” harapnya.
Sementara itu, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengatakan, konsumsi daging sapi cukup besar di Kutim. Bahkan menjadi pasar potensial yang menjanjikan. Dia pun meminta agar kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya.
“Kita perlu menggalakkan peternakan-peternakan seperti ini, untuk bisa tumbuh di masyarakat. Kita harus mampu menciptakan ketahanan pangan (daging). Terutama pemenuhan protein hewani tanpa biaya tinggi,” sebutnya.
Menurutnya, cara murah dan mudah itu dapat dimulai dari lingkungan masing-masing. Dengan lebih memberdayakan sumberdaya yang ada di masyarakat melalui gabungan kelompok peternak (gapoktak). Apalagi pemkab menargetkan 5 ribu ekor sapi yang harus disiapkan setiap tahun, untuk memenuhi konsumsi protein hewani bagi masyarakat.
“Sekarang baru ada seribuan lebih. Tentu saja belum cukup. Makanya harus terus mengembangkan peternak mandiri, melalui pola kerja sama dengan perkebunan sawit di Kutim. Harapannya bisa memenuhi kuota daging sapi bagi warga Kutim,” tutupnya. (adv/rk)